Hemm Ternyata Semua Hanyalah Soal Kepentingan
Semua hanyalah soal Kepentingan...
.
Jika Bumi Tuhan ciptakan hanya seluas 100 meter persegi dengan 2 pasang orang bule, 2 pasang orang kulit hitam, 2 pasang orang Arab, 2 pasang orang Asia dan 2 pasang orang China, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan sebelum tanah seluas 100 meter persegi itu dipenuhi manusia? Hingga satu sama lain saling bertikai karena lapar, karena takut, karena risih, dan karena terganggu?
.
Sama seperti itu, ketika Tuhan hanya satu kali menciptakan bumi sebelum meletakkan Hawa dan Adam ditempat terpisah, setiap hari manusia demi manusia terus lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat sehingga manusia akan saling membunuh satu sama lain atas dasar keinginan, kepentingan, dan dan kebutuhannya.
.
Telah banyak terjadi perang besar dalam sejarah yang membuktikannya. Jangankan karena minyak, gas, atau kekayaan alam lain. Perang karena tanaman, minuman, atau wanita benar-benar pernah terjadi. Lantas mustahilkah terjadi perang karena sebuah Negara kekurangan tanah untuk tempat tinggal dan sarana produksi? Nah!
.
Semua manusia bersaing untuk hidup, meningkatkan kemudahan, dan juga kenyamanan dalam hidupnya. Negara yang juga berkepentingan kemudian jadi wajib memfasilitasi hal itu dengan segala kebijakannya. Hingga suatu ketika manakala perang dipandang sebagai sebuah solusi untuk mempertahankan hidup dan kehidupan sebuah Bangsa, maka tidak ada kata lain selain berusaha untuk menyerang, merebut, menduduki, dan menguasai suatu wilayah. Karena setiap Negara (dengan kepala negara yang waras) sudah barang tentu pasti melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam melindungi kepentingan segenap tumpah darahnya. Indonesia pernah mengalami itu ketika VOC menguasai perdagangan, hingga pada suatu titik dimana Kerajaan Belanda akhirnya turun tangan langsung
.
Jadi intinya, tidak bisa kita anggap Negara A baik dan Negara B tidak baik, karena tidak akan pernah ada sahabat sejati (lebih-lebih saudara sejati) dalam sebuah kompetisi global. Semua hanyalah soal bisnis, kekayaan, dan berujung pada penaklukan atas suatu Bangsa dan Negara. Sederet Bangsa Arab telah merasakannya secara langsung, terlepas dari segala teori dan toleransi.
.
Analogi sederhananya, seperti dirimu teman-teman atau bahkan saudara dan tetanggamu:
"Ketika kamu penting, maka orang akan mementingkanmu, berlaku serta bersikap baik kepadamu. Namun ketika segala kepentingan terhadapmu telah hilang dan lenyap, maka jangan salahkan jika (pada saat itu) penghormatan dan rasa segan mereka kepadamu pun ikut sirna bersama dengan kepentingan mereka atas dirimu itu".
.
Jika Bumi Tuhan ciptakan hanya seluas 100 meter persegi dengan 2 pasang orang bule, 2 pasang orang kulit hitam, 2 pasang orang Arab, 2 pasang orang Asia dan 2 pasang orang China, berapa lamakah waktu yang dibutuhkan sebelum tanah seluas 100 meter persegi itu dipenuhi manusia? Hingga satu sama lain saling bertikai karena lapar, karena takut, karena risih, dan karena terganggu?
.
Sama seperti itu, ketika Tuhan hanya satu kali menciptakan bumi sebelum meletakkan Hawa dan Adam ditempat terpisah, setiap hari manusia demi manusia terus lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat sehingga manusia akan saling membunuh satu sama lain atas dasar keinginan, kepentingan, dan dan kebutuhannya.
.
Telah banyak terjadi perang besar dalam sejarah yang membuktikannya. Jangankan karena minyak, gas, atau kekayaan alam lain. Perang karena tanaman, minuman, atau wanita benar-benar pernah terjadi. Lantas mustahilkah terjadi perang karena sebuah Negara kekurangan tanah untuk tempat tinggal dan sarana produksi? Nah!
.
Semua manusia bersaing untuk hidup, meningkatkan kemudahan, dan juga kenyamanan dalam hidupnya. Negara yang juga berkepentingan kemudian jadi wajib memfasilitasi hal itu dengan segala kebijakannya. Hingga suatu ketika manakala perang dipandang sebagai sebuah solusi untuk mempertahankan hidup dan kehidupan sebuah Bangsa, maka tidak ada kata lain selain berusaha untuk menyerang, merebut, menduduki, dan menguasai suatu wilayah. Karena setiap Negara (dengan kepala negara yang waras) sudah barang tentu pasti melakukan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam melindungi kepentingan segenap tumpah darahnya. Indonesia pernah mengalami itu ketika VOC menguasai perdagangan, hingga pada suatu titik dimana Kerajaan Belanda akhirnya turun tangan langsung
.
Jadi intinya, tidak bisa kita anggap Negara A baik dan Negara B tidak baik, karena tidak akan pernah ada sahabat sejati (lebih-lebih saudara sejati) dalam sebuah kompetisi global. Semua hanyalah soal bisnis, kekayaan, dan berujung pada penaklukan atas suatu Bangsa dan Negara. Sederet Bangsa Arab telah merasakannya secara langsung, terlepas dari segala teori dan toleransi.
.
Analogi sederhananya, seperti dirimu teman-teman atau bahkan saudara dan tetanggamu:
"Ketika kamu penting, maka orang akan mementingkanmu, berlaku serta bersikap baik kepadamu. Namun ketika segala kepentingan terhadapmu telah hilang dan lenyap, maka jangan salahkan jika (pada saat itu) penghormatan dan rasa segan mereka kepadamu pun ikut sirna bersama dengan kepentingan mereka atas dirimu itu".
***
0 komentar:
Posting Komentar
=> Bila sempat silahkan isi komentar < ' Insyaa Allah ' Pasti dibalas semampunya,asal tidak mengandung sara,spam dan bernada sopan > Salam persahabatan N damai slalu.. ^_^